TETES MBODRO PAKARYAN

Memang masih terlalu evolutif kalau gerakan revolusi keluwarga gugurgunung diskalasikan dengan dimensi peradaban besar. Namun mari kita telaah secara sederhana, bahwa “peradaban” berasal dari kata ‘adab’. Sehingga peradaban boleh kita artikan bebas sebagai kumpulan adab-adab.

 

Satu dari tiga Pilihan Daur telah menghantarkan sampai sejauh ini. Revolusi Kultural menjadi pilihan laku dan dahsyatnya, persentuhan-persentuhannya sampai ke wilayah Sosial, dan tentunya wilayah Spiritual.

Mbodro Pakaryaan adalah kebun ke sekian dari kakak kakak pendahulunya pada kulawarga gugurgunung. Kebun yang ditekuni oleh personal-personal yang sesungguhnya bengal dan klowor, namun takdim pada “nilai” yang diestafetkan oleh kakak-kakaknya, kemudian mengelaborasi secara berani konsep-konsep yang dirumuskannya bersama-sama.

 

Amal itu salah satu definisinya adalah Kerja. Bekerja Keras adalah jalan untuk mendapatkan “Liqo’u”, pertemuan, bermuwajaah dengan Allah. Sebuah tadabbur dari Mbah Nun yang kami jadikan pijakan untuk menjalani kegiatan berkebun atau bertani.

Kami juga bertabarukan pada induk-induk kebaikan yang Kanjeng Nabi ada di dalamnya. Kami bikin sumur dengan bertabarukan pada sumur Zam Zam. Kami berkebun dengan bertabarukan pada Pertanian Anshor dan Muhajirin. Lalu hasil berkebun kami pasarkan dengan bertabarukan pada pasar Madinah. Yang kesemuanya, Kanjeng Nabi ada di dalamnya. Sebagai upaya baku tolak-balak dari pengaruh fitnah dajjal.

Dan Alhamdulillah, rintisan-rintisan tersebut kian merealitas. Tanaman-tanaman yang kami tanam berupa Lombok, Tomat, Kangkung, Bayam, Kacang panjang, Pare, Semangka, dan Melon, bisa kami panen dalam wujud “Kurma”, Kromo, Kariim. Kami maknai ini adalah ijabah, salah satu bentuk kasih sayang Gusti Allah pada kulawarga gugurgunung.

 

Wallahu ‘alam.

 

Selamat Hari Rayya

Selamat Panen Rayya